.

.
.

Jumat, 01 April 2011

Data Praktikum Ekwan Perangkap Jebak


NO
Lokasi
Jumlah Spesies
Keterangan
1
Terdedah
39
·     Semut hitam besar = 6
·     Semut merah besar = 1
·     Jangkrik kecil = 10
·     Semut hitam kecil = 4
·     Semut merah kecil = 12
·     Lipan kecil = 2
·     Laba-laba = 2
·     Spesies 1 = 1
·     Spesies 2 = 1
2
Terdedah
13
·     Semut api merah kecil = 6
·     Lipan kecil = 1
·     Jangkrik kecil = 1
·     Semut hitam kecil = 3
·     Semut hitam besar = 2
3
Terdedah
12
·     Semut merah kecil = 3
·     Semut hitam besar = 5
·     Jangkrik = 3
·     Spesies 1 = 1
4
Terdedah
7
·     Semut hitam = 4
·     Jangkrik = 1
·     Kecoa = 1
·     Kumbang = 1
5
Ternaung
14
·     Serangga kecil berwarna putih = 8
·     Semut hitam = 4
·     Lalat kecil =2
6
Ternaung
9
·     Semut merah kecil= 7
·     Semut hitam besar = 1
·     Semut merah besar = 1
7
Ternaung
22
·     Semut kecil = 18
·     Semut besar = 2
·     Kumbang = 2
8
Ternaung
72
·     Semut hitam besar = 8
·     Semut merah kecil = 45
·     Jangkrik = 17
·     Belalang ranting = 1
·     Kumbang kecil hitam = 1

Kenangan

Hari yang Akan Kita ingat sampai nanti....










Laporan Ekwan : Menaksir Kelimpahan Populasi dengan Metode CMR


Dosen Pengampuh    : Dra. Yustina, M.Si, Ph.D

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN
Menaksir Kelimpahan Populasi dengan Metode Menangkap-Menandai-Menangkap Kembali (MMM)




 






Oleh :
NAMA     : DIAN KURNIA SARI
NIM         : 0805113291
KELOMPOK   : VIII


LABORATORIUM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2011
Menaksir Kelimpahan Populasi dengan Metode Menangkap-Menandai-Menangkap Kembali (MMM)

I.          Tujuan Praktikum
              Mahasiswa diharapkan dapat menerapkan metode Menangkap-Menandai-Menangkap Kembali untuk memperkirakan kelimpahan populasi hewan.
II.       Tinjauan Teoritis
2.1. Kelimpahan Populasi
Populasi diartikan sebagai suatu kumpulan kelompok makhluk yang sama spesies (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik), yang mendiami suatu ruang khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu (Odum, 1971).
Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistik yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota populasi. Karakteristik dasar suatu populasi. adalah ukuran besar populasi, kerapatan dan kelimpahan populasi.
Dalam mempelajari kelimpahan suatu spesies di satu lokasi tunggal maka idealnya perlu tahu tentang kondisi fisika kimia, tingkat sumber daya yang dapat diperoleh, daur hidup makhluk itu, pengaruh kompetitor, pemangsa, parasit dan sebagainya. Perbadaan-perbedaan dalam populasi mungkin dapat dikorelasikan dengan cuaca, jenis tanah, cacah predator, dan sebagainya. Suatu populasi dapat dirubah oleh kelahiran, kematian dan migrasi. Suatu nilai ekstrim besarnya populasi dapat mencerminkan tingkat saat terakhir ketika berkurang, waktu yang dilampaui untuk tumbuh kembali dan laju pertumbuhan intrinsik selama waktu tersebut. Suatu nilai ekstrim lain besarnya populasi  juga dapat mecerminkan ketersediaan beberapa sumber daya yang menjadi kendala perluasan populasi lebih lanjut yang dibatasi oleh laju kelahiran, bertambahnya laju kematian atau stimulasi migrasi (Soetjipta, 1993).
Kelimpahan jenis serangga sangat ditentukan oleh aktivitas reproduksinya yang didukung oleh kondisi lingkungan yang sesuai dan tercukupinya kebutuhan sumber makanannya. Kelimpahan dan aktivitas reproduksi serangga di daerah tropik sangat dipengaruhi oleh musim, karena musim berpengaruh terhadap ketersediaan bahan makanan dan kemampuan hidup serangga yang secara langsung dapat mempengaruhi kelimpahan. Setiap ordo serangga mempunyai respon yang berbeda terhadap perubahan musim dan iklim. (Subahar, 2004)
Selain itu, menurut Boror (1954), kelimpahan populasi serangga pada suatu habitat ditentukan oleh adanya keanekaragaman dan kelimpahan sumber pakan maupun sumber daya lain yang tersedia pada habitat tersebut.  Serangga menanggapi sumber daya tersebut dengan cara yang kompleks.  Keadaan pakan yang berfluktuasi secara musiman akan menjadi faktor pembatas bagi keberadaan populasi hewan di suatu tempat oleh adanya kompetisi antar individu.   Bila mana sejumlah organisme bergantung pada sumber yang sama, persaingan akan terjadi. Persaingan demikian dapat terjai antara anggota-anggota spesies yang berbeda (persaingan interspesifik) atau antara anggota spesies yang sama (persaingan intraspesifik). Persaingan dapat terjadi dalam mendapatkan makanan atau ruang. Spesies yang bersaing untuk suatu sumber tertentu tidak perlu saling mengacuhkan. Organisme yang saling mirip cenderung menempati habitat yang sama dan membuat kebutuhan yang sama atas lingkungan serta memodifikasi lingkungan dengan cara yang sama. Persaingan diantara hewan sering kali tidak langsung, karena daya geraknya. Tidaklah umum bagi hewan bersaing untuk sumber yang sama dan melanjutkan permusuhan langsung yang menyebabkan pesaing cedera. Persaingan intraspesifik pada hewan bertambah sering bila populasi berkembang dan rapatannya melebihi tingkat optimal (Michael. P, 1991).

2.2.Metode CMR (Capture-Mark-Recapture)/ MMM (Menangkap-Menandai-Menangkap Kembali)
Metode MMM, merupakan metode yang sudah populer digunakan untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat, seperti ikan, burung atau mamalia kecil. Metode ini dikenal ,juga sebagai metode Lincoln-Peterson berdasarkan nama penemunya.
Metode ini pada dasarnya adalah menangkap sejumlah individu dari suatu populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap itu diberi tanda dengan tanda yang mudah dibaca atau diidentikasi, kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang pendek (umumnya satu hari). Setelah beberapa hari (satu atau dua minggu), dilakukan pengambilan (penangkapan) kedua terhadap sejumlah individu dari populasi yang sama. Dari penangkapan kedua ini, lalu diidentikasi individu yang bertanda yang berasal dari hasil penangkapan pertama dan individu yang tidak bertanda dari hasil penangkapan kedua.
Adapun cara menandai hewan bermacam-macam, tergantung spesies hewan yang diteliti, habitatnya (daratan, perairan), lama periode pengamatan, dan tujuan studi. Namun, dalam cara apapun yang digunakan, perlu diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:
1.      Tanda yang digunakan harus mudah dikenali kembali dan tidak ada yang hilang atau rusak selama periode pengamatan.
2.      Tanda yang digunakan tidak mempengaruhi atau mengubah perilaku aktivitas dan peluang hidup.
3.      Setelah diberi penandaan hewan-hewan itu harus dapat berbaur dengan individu-individu lain didalam populasi.
4.      Peluang untuk ditangkap kembali harus sama bagi individu-individu yang bertanda maupun tidak. (Anonimus, 2008)
Rumus-rumus perhitungan metode MMM, apabila :
M                : Jumlah individu yang ditandai dan dilepaskan kembali pada periode pencuplikan ke-1
n                  : Jumlah total yang bertanda maupun yang tidak bertanda, pada periode pencuplikan ke-2
m                 : Jumlah individu bertanda yang tertangkap kembali pada periode penangkapan ke-2
N                 : Jumlah individu di alam/ dalam populasi
Maka harga taksiran kelimpahan populasi (N3 Indeks Peterson-Lincoln) dapat dihitung sebagai berikut :
Apabila nilai M>30    N=
Dengan variasi estimasi var. N=
Apabila M<30 digunakan perhitungan berdasarkan rumus-rumus berikut:
N =                   dan var. N =
III.       Alat dan Bahan
-          Termo-higrometer
-          Insectnet
-          Plastik
-          Alat tulis
-          Tipe-X

IV.  Cara Kerja
Metode MMM dapat dilakukan pada berbagai jenis hewan mobile, yang ukuran tubuhnya relatif  besar (3-5 cm), jumlahnya banyak dan mudah didapatkan di sekitar kampus.
Caranya:
-          Sediakan alat penangkap hewan dan alat penanda yang berwarna putih (missal: Type X)
-          Pada pagi hari (periode pencuplikan ke-1) dilakukan penangkapan sejumlah individu. Tandai bagian dorsal dengan type x berupa bintik kecil, lalu lepaskan. Lakukan penangkapan-penandaan dan pelepasan hewan-hewan itu dengan hati-hati, jangan sampai ada hewan yang terjepit, luka dan mati. Catat jumlah individu yang ditangkap, ditandai dan dilepaskan itu. Catat pula seandainya ada yang mati atau luka akibat perlakuan.
-          Pada pencuplikan ke-2 (10 menit setelah pencuplikan ke-1) dilakukan lagi penangkapan dengan cara yang serupa seperti pada pencuplikan ke-1. Hitung berapa jumlah individu total yang tertangkap maupun yang bertanda, lalu lepaskan lagi semuanya.
-          Isikan semua hasil pencuplikan pada lembar data.

V.    Hasil dan Pembahasan
Deskripsi area        : Di belakang UP2B, dekat waduk UR, di samping lahan parkir rektorat UR. Area tersebut banyak ditumbuhi rerumputan, pohon akasia dan beberapa pohon nangka.
Suhu          : 29,6%
Kelembapan: 66%
Tabel Data Kelas
No
Lokasi
Penangkapan
Keterangan
Ke-1
Ke-2
Total
Bertanda
1
Di belakang UP2B
10
8
1
Capung (5), Belalang (2), lalat (1)
2
18
16
4
Kupu-kupu (1), Belalang (1), Capung (14)
3
8
5
4
Capung (5)
4
8
11
1
Capung (2), Belalang (8), lalat (1)
5
14
14
5
Capung (7), Belalang (6), lalat (1)
6
13
7
1
Capung (2), Kupu-kupu (4), Belalang (1)
7
8
11
3
Belalang (5), Capung (5), Jangkrik (1)
8
7
4
-
Kupu-kupu (4)
Jumlah
86
76
19




5.1.       Pembahasan
Analisis Data:
1.      N =    =     =  = 45       
var. N = =  = = =525
2.      N =    =     =  = 61,2    
var. N = =  = = =440,64
3.      N =    =     =  = 9,6   
var. N = =  = = =2,56
4.      N =    =     =  = 48    
var. N = =  = = =640
5.      N =    =     =  = 35
var. N = =  = = =105
6.      N =    =     =  = 52    
var. N = =  = = =676
7.      N =    =     =  = 24
var. N = =  = = =76,425
8.      N =    =     =  = 35
var. N = =  = = =490


   Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa populasi yang kelimpahannya paling sedikit adalah populasi serangga dilokasi pencuplikan oleh kelompok 3 dengan besar nilai N (jumlah individu di alam) hanya sebesar 9,6 dengan nilai variasi yang hanya sebesar 2,56. Hasil analisis demikian diperoleh karena pada pencuplikan kedua yang dilakukan oleh kelompok 3 berhasil menangkap 5 ekor serangga yang berasal dari jenis yang sama dan 4 diantaranya merupakan serangga yang telah ditandai. Hal ini menandakan bahwa serangga yang berada dilokasi pencuplikan kelompok 3 memiliki variasi yang rendah karena jenis serangga yang dijumpai hanya dari jenis capung. Selain itu, banyaknya jumlah serangga bertanda yang berhasil tertangkap kembali mengindikasikan rendahnya mobilitas dan persebaran spesies-spesies yang berada di lokasi pencuplikan oleh kelompok 3. Sementara untuk 7 kelompok lainnya, nilai N (jumlah individu di alam) dan nilai variasi yang diperoleh menunjukkan hasil yang besar dan hampir merata hal ini menunjukkan bahwa jumlah individu yang terdapat di lokasi tersebut cukup banyak, kelimpahannya besar dan mobilitasnya tinggi sehingga serangga-serangga yang tadinya telah ditandai pada penangkapan pertama sulit ditangkap lagi untuk penangkapan kedua.
Selain itu, hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah waktu pencuplikan / waktu penangkapan serangga. Praktikum dilaksanakan pada pukul 11.00 WIB dengan kondisi suhu cukup tinggi dan kelembapan yang rendah. Perlu diingat bahwa jenis-jenis serangga seperti kupu-kupu dan capung merupakan hewan-hewan yang aktif pada siang hari. Maka kemungkinan sedikitnya jumlah serangga bertanda yang tertangkap kembali pada penangkapan kedua adalah dikarenakan serangga-serangga di lokasi pencuplikan / penangkapan sedang dalam kondisi aktif mencari sumber-sumber makanan ke tempat lain sehingga mobilitasnya sangat tinggi.
Disamping itu, berdasarkan teori yang ada, baik itu jumlah individu atau besarnya populasi di alam maupun kelimpahan populasi serangga pada suatu habitat ditentukan oleh adanya keanekaragaman dan kelimpahan sumber pakan maupun sumber daya lain yang tersedia pada habitat tersebut. Serangga menanggapi sumber daya tersebut dengan cara yang kompleks. Keadaan pakan yang berfluktuasi secara musiman akan menjadi faktor pembatas bagi keberadaan populasi hewan di suatu tempat oleh adanya kompetisi antar individu. Iklim, curah hujan dan faktor makanan merupakan faktor yang sangat menentukan bagi kelangsungan hidup serangga serta mempunyai pengaruh besar pada laju perkembangan populasi serangga. (Maramis, 2005)
Tambahan lain oleh Subahar (2004), kelimpahan jenis serangga sangat ditentukan oleh aktivitas reproduksinya yang didukung oleh kondisi lingkungan yang sesuai dan tercukupinya kebutuhan sumber makanannya. Kelimpahan dan aktivitas reproduksi serangga di daerah tropik sangat dipengaruhi oleh musim, karena musim berpengaruh terhadap ketersediaan bahan makanan dan kemampuan hidup serangga yang secara langsung dapat mempengaruhi kelimpahan. Setiap ordo serangga mempunyai respon yang berbeda terhadap perubahan musim dan iklim. (Subahar, 2004)






















VI. Kesimpulan
·         Metode MMM merupakan metode yang ditemukan oleh Peterson dan Lincoln yang dapat digunakan untuk menaksir besarnya kelimpahan populasi suatu hewan yang memiliki mobilitas tinggi.
·         Umumnya nilai kelimpahan populasi serangga dan mobilitas serangga di lokasi penangkapan belakang UP2B memiliki nilai yang besar karena sedikit sekali serangga yang ditandai yang dapat tertangkap kembali pada penangkapan kedua.
·         Sulitnya menangkap kembali serangga yang telah ditandai pada penangkapan kedua karena serangga sedang berada pada kondisi aktifnya.
·         Kelimpahan populasi serangga ditentukan oleh daya reproduksinya, kelimpahan sumber pakan dan faktor-faktor lingkungan seperti iklim dan suhu.















DAFTAR PUSTAKA


Anonimus. 2008. Menaksir Kelimpahan Populasi Dengan Metode Menangkap-Menandai-Menangkap Kembali (MMM). www.indonesianbiodiversity.com. Diakses pada 30 Maret 2011.
Boror, DJ and Dwight, M.D. 1954.  An Introduction to the Study Of Insect. Printed in The United State of America.
Maramis, Redsway. 2005. Kontribusi dari Berbagai Spesies Parasitoid Generalis yang Berasal dari Serangga Inang Erionota thrax (L.)(Lepidoptera : Hesperiidae) pada Habitatnya. Departemen Biologi ITB. Bandung.
Michael P. 1991. MetodeEekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. UI Press. Jakarta.
Odum, E.P, 1971. Fundamentals of ecology. 3rd edition. W. B. Saunders Book co., Philadelpia
Subahar, T. 2004. Keanekaragaman Serangga pada Bentang Alam yang Berbeda di Kawasan Gunung Tangkuban Parahu. Konferensi Nasional Konservasi Serangga, Bogor 2007
Soetjipta. 1993. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Yogyakarta